PUSAT MUSIK LITURGI YOGYAKARTA

MAZMUR TANGGAPAN ALTERNATIF DAN ALLELUYA

Mazmur Tanggapan merupakan unsur baru dalam liturgi sesudah Konsili Vatikan II. Ternyata tidak gampang untuk dicari bentuk yang menyambung tradisi nyanyian mazmur Perjanjian Lama yang notabene ritmis, dengan pembawaan oleh pemazmur secara “afektif” / dengan menyentuh hati.
Selama beberapa tahun PML berusaha untuk mengumpulkan pengalaman di dalam maupun di luar negeri tentang kemungkinan untuk mencapai tujuan tersebut. Yakni membawa Mazmur Tanggapan “sebagai bagian penting dalam ibadat sabda” yang menanggapi bacaan pertama sedemikian rupa hingga menjadi seni dan sekaligus membantu para pemazmur untuk menjiwai ayat-ayat mazmur.
Mengapa PML menerbitkan buku Mazmur Tanggapan Alternatif?
Pertama, karena nampaknya kebanyakan pemazmur di Indonesia mengalami kesulitan dalam penjiwaan lagu resitatif. Kini lagu berirama memberi struktur pada ayat, memberi aksen pada kata penting dan sebaliknya melewati kelompok suku kata yang kurang penting dengan lancar.
Kedua, karena menurut pakar Kitab Suci, Mazmur dalam ibadat Yahudi zaman dulu dibawakan dengan lagu berirama / secara ritmis. Jean Gelineau pernah berusaha untuk menghidupkan tradisi ini pada tahun 1970-an di Perancis. Mengapa kita tidak juga?
Ketiga, Karena tujuan mazmur tanggapan dalam misa (pewartaan) berbeda dengan pendarasan mazmur di biara (mencari ketenangan).
Keempat,  Karena musik tradisional Indonesia, termasuk alat musiknya, sangat cocok untuk memberi nuansa khas pada pembawaan mazmur.
Kelima, Karena mazmur tanggapan berhubungan erat dengan bacaan pertama, maka teks bacaan I dicantumkan juga dengan ditonjolkan “kata-kata kunci” (digaris­bawahi) sebagai bantuan untuk penjiwaan ayat mazmur dan mempermudah pemazmur dalam mewartakan pesan ybs.dalam pembawaan ayat refren dan mazmur.
 
 
Apa yang Alternatif?
Pertama, ayat-ayat mazmur (umumnya) diberi lagu berirama 2/2, (2 ketuk dalam satu birama / allabreve) sekali-kali tercampur dengan 3 ketuk (3/2). dengan petunjuk untuk iringan yang sesuai – lihat di bawah.
Kedua, teks mazmur diambil dari terjemahan Mazmur Gedono (hasil kerja P. Wim van der Weijden MSF), yakni versi Mazmur khusus untuk dinyanyikan dalam ibadat. Karena syair mazmur yang dinyanyikan membutuhkan terjemahan khusus – lihat buku Mazmur terbitan Biara OCSO Gedono. Untuk  refren-refren sama seperti dalam buku Mazmur Tanggapan lama terbitan KomLit KWI (edisi 2015). Syair ayat pun “resmi” / mengikuti pilihan ayat dari Roma.
Ketiga, di bawah Mazmur inkulturatif (mis. gaya Flores) terdapat saran untuk diiringi dengan alat musik tradisional secara fakultatif.
Bagaimana iringannya?
Lagu diatonis sebaiknya diiringi dengan organ / keyboard atau juga gitar. Pada beberapa mazmur disertai dengan kode akor yang dapat dipakai.
Lagu inkulturasi selain dengan organ sebaiknya diiringi dengan alat musik tradisional ybs.: gaya Minahasa dengan Kolintang; gaya Flores dengan Angklung dan/atau Bas bambu; gaya Jawa dengan Suling dan/atau dengan Gumbeng / Gambang; lagu Dayak dengan Sapeq / Gitar; lagu Batak dengan Hasapi dan/atau Gong; lagu Maluku dan Papua dengan Tifa/Rebana; dst. Namun perlu diperhatikan bahwa iringan tidak boleh menutup suara pemazmur, hanya dimaksudkan sebagai pegangan dari nada dan irama. Alangkah baiknya bila lagu yang bergaya Jawa, Banyuwangi dapat diiringi dengan alat tradisional seperti Suling, Angklung.
Bagaimana Pembawaan dan Tujuan dari Mazmur Alternatif?
Untuk menghidupkan pembawaan, dan  mempermudah penjiwaan, maka nada-nada pada hitungan berat (nada pertama sesudah garis birama) hendaknya diberi tekanan, artinya diperkeras. Perhatikanlah bahwa irama solo ditulis dengan birama 2/2, bukan 4/4; artinya hendaknya diusahakan agar lagu dinyanyikan dengan satu nafas tanpa tergesa-gesa namun dengan merasa adanya irama. Namun jika dirasa terlalu berat, bisa mencuri nafas pada tempat yang pas.
Perlu diketahui juga bahwa dalam buku tsb. terdapat sejumlah mazmur “mana suka”. Ternyata tema dari refren mazmur tanggapan (yang sama seperti dalam buku Mazmur Tanggapan terbitan KomLit KWI yang lama) cukup terbatas. Maka PML menambah sejumlah refren dengan tema yang relevan untuk zaman sekarang, mis. “Kiranya keadilan berkembang”;  “Bersatu bagai rumpun bambu”; “Roh Kudus”; “Tuhan adalah terangku”; “Yang miskin dan malang akan makan dengan kenyang”; “Tuhan sandaranku”; “Kasih-Nya membebaskan umat-Nya”. Tema mazmur ini dimaksudkan untuk dipakai dalam  ibadat Sabda atau perayaan Liturgi tentang tema tsb.
Perlu diketahui, bahwa Gereja Katolik Indonesia (Komlit KWI) tidak mewajibkan untuk memakai buku Mazmur Tanggapan tertentu karena tiap Keuskupan berhak menentukan sendiri buku nyanyian mana yang dapat dipakai. Silakan.

Judul:       

MAZMUR TANGGAPAN ALTERNATIF DAN ALLELUYA

Tinggi: 24 cm

Lebar: 17 cm

Tebal: 594 halaman

Penulis:

1. Karl- Edmund  Prier  SJ

2. Elisabeth Twitien Sezi Colasina

Penerbit:

Pusat Musik Liturgi Yogyakarta.

Tahun: 2025