Budaya dan musik Indonesia adalah cermin kekayaan bangsa ini. Indonesia patut berbangga dengan budaya yang dimiliki yang tidak akan pupus dan lekang oleh waktu, jika hal ini dijaga, dirawat, dan bahkan dikembangkan disesuaikan dengan kondisi era modern sekarang ini. Istilahnya, jangan sampai budaya tercabut dari akarnya. Ibarat sebuah pohon, tumbuh dan bercabang dahan serta rantingnya dengan kokoh.
Ratusan Bahasa, musik, tarian dan nyanyian yang beragam dari ujung timur sampai ujung barat menjadikan banyak seniman, komponis dan arranger di negeri ini selalu tergelitik untuk mengolahnya menjadi ramuan penampilan seni yang apik dan menarik. Ada yang memang paham dan tahu betul bagimana menggarap jenis-jenis musik, tarian, dan nyanyian bahkan arsitektiur budaya dengan tidak menghilangkan unsur asli budaya itu sehingga benar-benar terasa jiwa dari suatu daerah, namun ada juga yang sudah mencampurnya dengan budaya luar dalam hal ini budaya barat. Tidak apa-apa, toh selera setiap orang berbeda-beda dan tidak bisa dipaksakan. Namun ternyata, komitmen dan konsistensi seorang seniman untuk menjaga warisan budaya ini dapat dibaca dalam setiap karyanya.
Buku.“Punai Memuji Tuhan“, merupakan tesis dari Romo Donatus Dole, Pr., meramu pandangannya tentang kekonsistenan seorang Romo Karl-Edmund Prier, SJ (alm.) dan Bapak Paul Widyawan (alm.), dalam merawat musik dan nyanyian tradisional Indonesia yang beragam dengan menciptakan lagu dan musik yang dikenal dengan sebutan “Inkulturasi”. Dalam musik Inkulturasi, beliau berdua menciptakan lagu dan musik yang dikhususkan untuk keperluan Liturgi Gereja Katolik Indonesia yang dimuat dalam buku doa dan nyanyian Madah Bakti, sehingga tentu kesan serius dan luhur sangat diperhatikan. Maka pemilihan kata dalam syair nyanyian sangat detail, dan membentuk kalimat yang menunjukkan bahwa manusia tergantung kepada ke-Mahakuasa-an Allah.
Romo Don juga melampirkan beberapa contoh lagu dalam buku ini. Secara rinci membedah kata dan kalimat lagu dengan menganalisa isi pikir dan hati para peserta lokakarya dalam menciptakan lagu-lagu untuk kepentingan liturgi gereja katolik Indonesia dengan beberapa pendekatan. Pertama, Rm. Don mencoba menggali muatan biblis yang terpendam dalam syair-syair nyanyian liturgis dan mencari sejauh mana syair nyanyian ini menyerap kata-kata Kitab Suci, atau setidaknya terinspirasi dari Kitab Suci. Kedua, muatan teologis, yaitu mengungkap pesan-pesan teologis di balik syair nyanyiannya, ketiga, muatan inkulturatif, yaitu mengungkap unsur-unsur budaya lokal, yang terdapat dalam syair nyanyian. keempat, refleksi teologis pastoral yang membawa kita untuk mengenal nyanyian liturgi dengan baik dan menghayatinya.
Dalam buku ini, secara khusus Romo Don membahas musik dari Kalimantan Timur, yakni suku Dayak. Bagaimana orang Dayak yang kehidupan sehari-harinya bergaul lekat dengan alam, hidup berdampingan secara harmoni dan berusaha untuk tetap menjaga kehidupan alam secara arif yang digambarkan dalam salah satu lagu “Hujan Rahmat di Ladang” dan “Punai Memuji Tuhan” seperti judul buku ini. Silakan pembaca menikmati setiap alur cerita dalam syair lagu yang dikupas dalam buku ini, merasakan jiwa dan isi hati orang Dayak, mensyukuri setiap berkat dan kasih karunia Tuhan yang tak pernah berhenti memberi. Syair-syairnya diangkat dari kebiasaan orang Dayak bersikap dalam mensyukuri berkat-berkat dari Tuhan, dan dijadikan doa yang dinyanyikan dan dapat dibawakan dalam liturgi.
Judul :
PUNAI MEMUJI TUHAN
Tinggi: 24 cm
Lebar: 17 cm
Tebal: 148 halaman
Penulis:
Donatus Dole, Pr
Penerbit:
Pusat Musik Liturgi Yogyakarta.
Tahun: 2025